Betapaku sangat mengagumi sosok ibu. Dialah orbit bagiku
selama ini untuk tetap berada pada jalur yang benar dalam mengarungi hidup.
Dialah galaxy bagiku, tempat maha luas yang mempesona sekaligus penuh rahasia
disaat bersamaan. Ibu, disisinya aku merasa aman. Didalam peluknya bisa
kuacuhkan dunia sementara.
Samar masih bisa kuingat senja itu, dibawah guyuran sinar
merah temaram senja aku dan ibu menysuri akses jalan satu-satunya menuju rumah kami
didesa bermayoritas penduduk miskin dengan sepeda tua andalannya.
Kami, saat itu baru saja pulang dari bengkel sepeda Mang
Adang untuk membetulkan keliningan sepeda ontel ibu yang sempat bungkam diam
karena karatan itu.
Dituntunnya sepeda ibu dengan perlahan dengan aku berada
di jok kehormatan utama. Kugenggam stang sepedanya kuat sambil sesekali kulirik
lawan jenis sebaya yang kebetulan melintasi jalur yang sama denganku. Aih gaya
sekali aku diumur yang masih bau kencur itu. Aku berumur 7 hari itu. Aura
bangsawan sontak meluap tanpa kendali mengaduk-aduk isi perutku. Disini, dari
atas jok kehormatan sepeda butut yang seharusnya sudah pensiun ini aku merasa
disuka semua dan tentunya, tampan.
Sepanjang jalan kulihat berbaris-baris pepohonan berdaun
rindang tapi berdahan rendah menguntit laju gemulai sepeda ku, sang raja angin
meniupkan anginya perlahan sepoi-sepoi seakan sudah lama tahu bahwa aku akan
melintas. Disisi lainnya, bertingkat-tingkat lahan persawahan berdominasi warna
hijau bagai permadani raksasa memberi harapan para petani untuk mendapat panen
besar musim ini dan dapat melanjutkan hidup. Berjingkrang-jingkrak para burung
pipit diatas padi yang mulai membelok tajam itu bagai tarian sambutan bagi ibu
dan aku pulang kerumah.
Kunikmati sekali hari-hari itu. Perasaan menggelitik,
perasaan nyaman saat bersamanya. Bersama Ibu yang tercinta. Kini perasaan itu hanyalah sebuah nostalgic feeling
setelah Ibu pergi untuk selamanya.
Ibu, terima
kasih untuk seluruh hari-hari indah itu. Bu tahukah kau? kini aku sedang berada dijalan setapak
yang sama, kususuri jua dengan sepeda kesayanganmu, masih dengan deretan pepohonan berdahan rendah tetapi sedikit lebih rindang, dan dipinggir sawah sana para petani
sedang berkumpul bersama setelah puas dengan hasil panen besarnya.
Kini
aku ditemani sang angin sepoi berjalan tertatih menuju rumah-mu, peristirahatan
terakhirmu. Aku sangat bersyukur telah menyayangimu sepenuh hati selama ini. Aku sangat sadar kalau masa seperi ini akan tiba cepat atau lambat. Walaupun aku sendiri harus menghadapi dunia ini. Akan kubawa mimpi-mimpiku kepada masa depan, agar engkau bangga melihatku disini.
ini bukan kisah nyata kan????
BalasHapusBisa nyata bisa nggak vi tergantung gimana lo mikirnya hehe
BalasHapusmaksud gw, mf sblmx... bukan loe kan yang lg ngalamin ini???
BalasHapusIni bukan cerita asli, cuma imajinasi aja. Tapi..Who knows?:)
BalasHapusalhmdulillah... ya sih...
BalasHapusiya alhamdulillah vi, doain ya biar ibu gue panjang umurnya buat ibadah :)
HapusAamiin.... Insyaallah fi... smoga qt bs menjadi anak yg bisa membuat ibu sellu merasa bahagia dunia akhirat.. Aamiin...
BalasHapusAamiin makasih silvia buat doanya. :)
Hapus