Selasa, 24 Januari 2012

"Lima"



(P.S = ini adalah sebuah potongan cerita pendek yang menceritakan seorang pria yang sangat mencintai mantannya, sekalipun takdir sudah berkata lain) enjoy =))

Tepat dihari itu, dihari dimana semua kumbang berpunggung merah melakukan migrasi ke arah padang rumput bertanah kering dan berudara lembab dimana aku sekarang berada, kaki ini tak lagi melangkah, kaki ini diam mencengkram kuat punggung bumi yang menua. 

3 meter. Ya sebuah jarak yang cukup dekat antara aku dan sebuah sosok yang berdiri di hadapanku, ya kali ini guratan takdir menghadangku, sang takdir berdiri mematung dihadapanku yang membisu dalam hiruk pikuk dunia yang acuh. Tak lama diapun berkata, “ letakan ke-sepuluh jemari di dada, tegakan kepalamu, lupakan masa lalu, kau tak sepantasnya begini”
Aku tersentak atmosfer turun meresapi udara dan memenuhiku, masa lalu datang kembali, tepat setelah Sang Takdir  berucap beberapa saat lalu.
            Kemudian pandangan mata ini semakin kabur, air mata membanjiri sudut-sudut mataku, aku sangat memahami betul apa yang baru saja di katakan sang takdir kepadaku. Ribuan sudut tajam dari rumput-rumput liar disekitar padang  ini, bagai menusuku tanpa ampun, kemudian melilit tubuh ini, dan mengasingkanku dari dunia, jiwa ku terkapar tak berdaya, luka menghambur seketika, sakit ini tak terperi, aku kecewa.
            Dan disaat awan hitam berada di lingkup jiwa, seketika padang rumput luas ini terasa begitu sesak, untaian kenyataan pahit menyeruak begitu saja, dan seketika menghapus semua harap yang tersimpan indah di seberang lembah yang kubuat di sudut hati ini. Sekarang semua hanya harap, atau mungkin hanya sebuah doa.
Aku tahu, aku tanpa pilihan kali ini. Ini memang bukan sebuah point of no return, ini adalah point to get second chance to live, dan melupakan masa lalu. “Aku harus melakukan sesuatu”, kataku dalam hati.
            Kukatakan pada sang takdir tak tau diri itu, “ apa ini semua tentang dia? si “Lima” yang baru saja kutemui dibalik tirai buram kemarin?” Kalau ini tentang dia, aku tidak akan melepasnya, aku masih kuat melangkah melalu jalur berbeda untuk kemudian bertemu dan bersatu dengannya, jangan kau coba hentikan sebuah angin liar didepanmu ini, itu tak berguna”.
            Sudut terjauh bibir takdir perlahan naik membentuk tersenyum, senyum yang menyimpan suatu rahasia yang aku belum ketahui semua, diantara daun kering dan angin yang sedari tadi mengelus wajah ini, dia kemudian berkata padaku,  “kau sudah berada di jalur duka sejak awal, dan aku tahu bahwa kau menikmati duka mu, setiap rindu, setiap cemburu dan kau bahkan juga menikmati rasa sakit setiap kali "lima" bersama yang lain, aku disini sama sekali tak berniat menghentikan langkah gontai yang kau sendiri kurang yakin padanya, aku hanya ingin kau mengetahui takdirmu, ada begitu banyak hal yang sia-sia dengan keberadaannya”.
            “Aku tahu betul apa yang hatimu simpan selama ini, diam mu adalah sebuah kutipan nada indah penuh rindu yang bertalu-talu, yang kau dendangkan nyaring hanya untuknya di malam penuh badai, senyummu tak lebih dari sebuah luka menganga yang kau tutupi dengan bulu angsa yang kau temukan di sela duka, aku tahu semua, kau tak lebih dari seorang manusia egois yang mencinta dalam diam”, kali ini sang takdir meruntuhkan sebagian besar semua harapku.
Lututku bertemu tanah kering padang itu kali ini, aku berlutut. Kututupi wajah ini untuk membendung jutaan air duka yang mulai kering, saat kutengadahkan kepala ini, kulihat sang takdir sedang melayang ringan meninggalkan ku yang kalut akan takdir, entah akan kemana dia, yang kutahu aku masih berada di titik yang sama saat aku bertemu sang takdir, aku tak berani melangkah, dan juga tak berani mengambil jalan lain untuk sekedar meninggalkan masa lalu. Diantara masa depan dan masa lalu aku berada, ya temui aku disana.

            Teruntuk, cinta yang tak pernah lelah kucintai,
Untuk dia, juga yang sedang menjalani cinta yang lain,
Untuk dia, sang cinta yang hanya dapat ku genggam singkat,
Untuk dia, wanita pintar yang memotivasi ku selama ini.
Aku ingin kau tahu, bahwa aku tidak akan berhenti, ataupun sekedar berfikir untuk melepasmu,

Lima”, jika kau sudah merasa lelah, dan ingin menumpahkan segala duka, membagi semua cerita, untuk kemudian pergi menjauh lagi, kau tetap bisa menemuiku, aku sama sekali tak keberatan, diantara masa depan dan masa lalu aku berada, temui aku disana.


*LIMA = pensamaran nama dari seorang wanita 

7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. saya sgt suka kak yang satu ini...betul " suka! :D... yang ini sy request tlg donk di post ke fb sya...hahahahha....khusus di profile sy...bsa gak?? hahahha....like this so much....dan kakak membuat saya GALAU kembali...bagus! sedih kak...kalo diinget...ckckckckc

    BalasHapus
    Balasan
    1. @anonim alias prety : iya udah gue post tuh :) dedicaed for thurai kan? huehhehehhe

      Hapus
  3. http://abdul-munajad.blogspot.com/2012/01/ventromedialis-prefrontalis.html


    buka yo :)

    BalasHapus
  4. @Abdul Munajad : mana commentnyaaa?? ini promo doang? :)

    BalasHapus
  5. Kahfi tulisannya makin "dewa"
    :D mantaaap!

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Witriw :makasih witri :D
      Gak kok, ini masih banyak yang salah, masih belom pede juga :)

      *tersipu-sipu* *minta diiket di kandang buaya* hehhehe

      Hapus

Here you are. Now is your time to say your opinion. Feel free for it.